Selasa, 06 Juli 2010

cinta tak lari kemana

CINTA TAK LARI KEMANA
Karya : ARINI (2007112082)


Bahasa ku mati
Jiwaku sepi
Sepenggal kutipan itu tiba-tiba terinspirasi dalam fikiranku yang sore itu kurasa kacau yang kutulis di selembaran kertas usam yang kudapat di samping tempat dudukku beberapa menit yang lalu,sore itu di sekitaran benteng kuto besak memang kurasa tidak seperti biasanya, ya, aku memeang sering datang ketempat itu bersama teman-tem,aku ataupun seperti yang kulakukan seperti saat ini sendiri, rasanya tempat yantg paling nyaman untuk berbagi rasa dan melepaskan segala penat yang ada adalah benteng kuto besak, tiupan angin yang kurasa dapat menyejukkan hati dan fikiranku. Yang memang sekarang ini aku mempunyai banyak masalah uang kuliahku yang tak karuan karena terbentur biaya, dan urusan percintaan yang tak tahu arah. Waktu begitu kerasa cepat tampa terasa matahari kulihat dari kejauhan sudah kembali keperaduannya,aku pun bergegas pulang,dan sesampainya dirumah ku lihat tante dan omku lagi asyik menonton tv dan aku lebih memilih bungkab ketimbang buat masalah baru dengan mereka.
Sesampai di kamar akupun terduduk di belakang pintu dan bergumam dalam hati “ sampai kapan aku menahan ini semua “, ya memang demi cita-citaku aku ikut dengan tante dan omku sebenarnya aku tak suka tinggal dengan mereka tapi bagai mana lagi lagi-lagi aku harus mengalah karena biaya. Saat ini rasanya tak ada yang mengerti apa mauku padahal aku hanya ingin dari mereka hanya satu mereka mengerti aku itu saja, tapi kenapa susah sekali.
Palembang yang cerah, hari ini kuawali dengan membuka dan senyuman berharap beban yang kurasa tidak menghampiriku, sepertinya apa yang kuharapkan seperti biasa sebelum berangkat kuliah tanteku menyuruh-nyuruh sesuka hatinya.aku hanya bisa menurut apa katnya saja dapahal waktu sudah menunjukkan [ukul 6.45 menit “ pasti terlambat lagi “pikirku dalam hati.Jam 7.10 wib akirnya aku bisa kuliah juga dengan tenang, begitulah kehidupanku sehari-hari tampa ada perubahan, sebenarnya membosankan tapi mau bagaimana lagi ku jalani ini semua demi cita-citaku.
Perjalanan kekampus sudah cukup bagiku untuk beristirahat sejenak untuk bisa menerima pelajaran dengan baik,ketika aku masuk gerbang kampus ku teringat dengan wily, aku memang menyanaynginya namun sayang semua itu hanya kusimpan dalam hati saja,aku takut,takut kalau dia tahu dia menghindar dariku dan tak mau lagi berteman denganku,serta latar keluarga yang sangat berbeda jauh denganku membuatku meilih menyimpan semua getaran cinta itu yang datang perlahan namun menyakitkanku.benar saja seketika itu wily sudah berada di sampingku, dia menayakan mengapa aku akhir-akhir ini banyak diam dan melamun, rasanya ingin sekali aku bercerita bukan masalah keluargaku saja tapi juga hatiku,perasaanku yang semakin menginginkannya, tapi aku tak kan siap kehilangannya, aku hanya bisa memandangnya dan berfikir apakah dia juga mempunyai rasa yang sama seperti apa yang kurasakan saat ini, kurasda tidak karena dia hanya menganggapku sebagai sahabatnya,semua itu kelihatan bagaimana dia menatapku.
Kalau sudah begitu aku hanya bisa diam dan menunduk malu dan tak berani berharap banyak hatinya untukku.
Sudah hampir dua munggu ini aku tidak meberi kabar dengan orang tuaku begitupun dengan orang tuaku,tiba-tiba saja hpku berbunyi kulihat ibuku menelpon tampa pikir panjang lagi kuangkat, mulanya seperti biasa saja namun ketika dipertengahan percakapnku dengan ibuku, ibuku mengatakan adakabar yang tak baijk ayahku sakit dan itu yang membuat ibuku bingung mengatakannya kepadaku karma ibuku tahu persis senbentar lagi aku semesteran dan perlu uang intuk mebanyarnya, sedangkan ibuku tahu biaya bayaran masuk kulia saja belum kulunasi sepenuhnya, aku hanya tak ingin membuat beban baru ibuku saja akupun dengan berat mengatakan jangan memikirkanku disini aku baik-baik saja dan masalah uang pembayaran tak bisa kubayar dengan tabunganku.padahal aku masih ingat betul semua tabunganku sudah habis untuk bayar uang kuliahku beberapa bulan yang lalu ketika tahun ajaran baru,
Aku yakin ini bukan awal dari kehancuranku pasti ada jalannya,ku serahkan saja dengan yang maha kuasa dia pasti memberikan jalan yang terbaik untuk makhluknya, dan aku saip menikmati masa-masa pengujian itu, suara ibu yang singkat tadi membuatku sedikit tenag dan menghilangkankan sedikit kerinduanku akan dirinya.
Sairing itu teman sekelasku memberiku selembaran kertas coretanku akupun kaget namun ketika kulihat kertas itu,kertas itukan coretanku yang berisikan sepenggal kata-kata yang ku buat untuk wily untung saja teman sekelasku tidak bisa menebak inisial nama W yang ada diujung keras itu,mereka bilang aku berbakat menjadi seorang penulis ataupun pembuat puisi dan mereka menyarankankanku agar mebuat puisi,akupun hanya bisa membalas dengan senyuman, sejak saat itu banyak teman-temanku menemuiku minta tolong buat puisi, dan hasil karyaku itu dibayar dengan uang sesuka mereka, denghan itu aku semakin yakin dan ingin mencoba lomba \buat puisi, akupun tak berhapaap banyak puisiku akan menjadi juara, namunketakutanku itu tak terbukti puisiku menjadi uara pertama, ini sulit kupercaya,ini adalah pertama kalinya terjadi dalam hidupku, sejak saat itu kehidupanku sedikit ada kemajuan dari hasil karyaku aku dapat mengumpulkan uang untuk biaya kuliahku sendiri.
Hari itu, ada lomba besar-besaran karya tulis terutama karya tulis puisi, hal itu ku ketahui dari wily,ya, dia yang selalu menyakilnkanku untuk tetap berjuang demi-cita,akupun tak ingin menyia-iyakan kesempatan itu. Namun ketika menuju kesana hpku berbunyi lagi dan kulihat ibu yang menelponku dan kelihatannya meeka sangat membutuhkanku,akupun dipintanya pulang,pikirannku menjadi tak karuan,wily yang saat itu bersamaku karma berniat menemaniku keperlombaan itupun bertanya ada apa ini, tiba-tiba aku inta pulang dan harus segera plang ke kampungsaat itu juga,wily tak mau melihatku pergi sendirian dan akhirnya kamipun pergi menujukampun halamanku tempuh dengan mobil wily tiba-tiba hp ku berbunyi dan kulihat sms dari mbakku
“ ku mohon cepatlah kamu pulang dik, ayah sangat merindukanmu, kamipun menunggumu”
Air mataku berlinangan dan tumpah dipipiku setelah membaca sms dari mbakku akupun membalasnya
“ ya mbak, ini jga lagi dijalan katakana dengan ayah kalau,putrid jga merindukan ayah, tunggu putrid ya mbak, sampai jumpa diwonogiri”
Smspun ku kirim,aku jadi teringat akan masa kecilku yang dimanjakan ayaku, ditimang-timangnya membumbung diatas kepalanya seakan aku bisa terbang walau pulang dari sawah tapi ia seperti tak merasa lelah,selalu bercanda dengan mbakku ketika menunggu makan malam siap yang lagi dimasak ibuku, kurasa begitu bahagianya saat itu dan berlalu begitu saja.
3 jam perjalanan sudahku tempuh akhirnya aaku sampai juga di kampong halamaku,kulihat tak ada yang berubah dengan kampong halamanku,ketika sampai dipekarangan rumahku kemapa ramai sekali,akupun berlari menujupintu rumah kulihat ada sosok seorang laki-laki ditutupi dengan kain dan kulihat ibu dan mbakku berada disampingnya dengan menangis hatiku berdegup kencang, spontan kurasa langit begitu gelap dunia kurasa beputar dengan cepatnya,akupun jatuh pingsan
Setelah 2 jam aku pingsan perlahan aku membuka mataku dan melihat wily ada di sampingku,mbakku juga ada kucari disekeliling dan menayakan ayahku kemana tak kelihatan katanya rindu kepadaku,namun mbakku memjawabnya dengan pelukan erat sekali aku teringatkan akan beberapa waktu lalu,ayahku sudah tiada hatiku sakit setelah aku mengetahui hal ini tak ada pesan yang ditinggalkan kepadaku ataupun kata-kata terakhir untukku,inikah jawaban mereksamenyuruhku pulang dan ayahku menghembus nafas terakhirnya tepat sejam ketika aku masih di perjalana, rasanya aku ingin ikut saja dengannyadan mengakhiri segala deritaku namun takkan mungkin aku meninggalkan ibu dan mbakku melewati masa-masa yang sulit untuk mereka lewati,akupun harus rela membiarkan kepergian ayahku.walaupun ku belum rela karena aku ingin melihatkan kepada ayahku kalau aku bisa menjadi anak yang dinbanggakannya.
Seiring dengan waktu, aku melangkah tetap seperti biasanya, namun melewati hari-hari tampa ayahku lagi,aku masih tatap berkuliah dengan cara mengikuti perlombaan-perlombaan buat puisi hasilnya lumayan untuk keperluan biaya kuliahku,akupun tak menyangka aku bisa menjadi seorang penulis karena jauh bertolah belakang dengan jrusan yang kuambil, ya apa hubungannya psikologi dengan sastra ? namun aku hanya menikmati apa yang kujalani selama ini.
5 januari 2010, tanggal itu tepat dihari ulang tahunku aku, kado yang istimewa Dari universitas dimana tempatku menuntut ilmu selama kurang lebih empat tahun menobatkan aku salah satu peserta wisuda tahun ini.hatiku sangat senang, begitupun dengan wily,kamipun larut dalam kegembiraan itu tiba-tiba saja aku teringat dengan ayahku,andai saja dia masih ada dia pasti bangga dan merasa sengan seperti yang kurasakan saat ini,namun aku yakin ayah pasti melihat ku dan merasa bangga dari alamnya sana.akupun kembali tersenyum,wilypun menarik tanganku ke tegah-tengah lapangan basket di belakang kampus,akupun bungung kemapa wily mengajakku ketempat ini akupun diingatkan dengan kejadian empat tahun yang lalu, ya tempat ini tepatnya tempat yang aku pijak ini adalah tempat pertama aku bertemu dan berkenalan dengan wily.apakah mungkin wily menginag semua tentang kami ?,aku hanya tersenyum,tiba-tiba wily pun menyakan selembaran kertas yang ditemukan teman sekelasku itu adalah untuknya,aku kaget tahu dari mana dia tentang itu,
Diam-diam wily mencari tahu semua tentang aku,aku hanya tersenyum malu mengetahui semua itu,wilypun menyatakan isi hatinya aku tahu betul wily tidak pandai untuk mengutarakan isi hatinya kepada orang lain karena selam empat tahun aku berteman dengan dia tidak pernah mengutarakan isi hatinya dengan wanita lain manapun,tapi saat ini seperti bukan wily yang ku kenal empat tahun yang lalu akupun tak percaya namun inilah kenyataannya, sejak awal kami memang saling suka dan saling memendam perasaan itu, dan kini perasaan itu tak dapat di bendung lagi, semua bagai mimpi tenyata apa yang ku takutkan tak terjadi, wilypun bertanya maukah aku menjadi pendamping hidupnya, menjadi bagian dari keluarganya dan menjadi ibu dari anak-anaknya,tak kusangka hari itu adalah hari yang menyimpan sejuta kebahagi9an dan kenangan aku membalasnya dengan senyuman bertanda aku bersedia menjadi pendaping hidupnya hidup

hujan kemarin

HUJAN KEMARIN

KARYA : ARINI ( 2007 112 082)



Namaku indah namun tak seindah kehidupanku, di mulai dai keluarga ku yang broken. Aku membenci ibuku mungkin sejak umur 6 tahun, sejak aku mengerti bahwa bundaku gak pernahmengantarkanku ke sekolah,gak pernah melarangku apa yang dia tidak suka, selalu mengutus om atau tante kalau ada pertemuan wali murid, gak pernah memelukku ketika aku menang perlombaan, jelas saja aku protes karena dia lebih mementingkan pekerjaannya yang gak kunjung selesai samapi-sampai akaupun dilupakannya.
Sikap prtesku itu berubah menjadi benci ketika aku tahu dari ornag-orang cerita tentang bundaku, ternyata bundaku bohong besar dan merahasiakan emua tentamga ayahku,ya, katanya ayahku adalah salah seorang yang membela Negara ini dan meninggal ketika menunaikan tugasnya membela Negara ini, sejak ayah meninggal aku dan bundaku pindah kerumah kakekku,bundaku juga sering bilang kalau ayahku mirip benget dengan aku kepandaian ayah menurun kepadaku,
Aku tahu bundaku bohong dari teman sekelasku yang bernama juita atau tepatnta musuhku sejak aku masuk sekolah ini gara-gara dia tak pernah bisa mengalahkan prestasiku, dan kekesalannya itu kian memuncak ketika rian gebetan juita lebih memilih jalan denganku ketimbang dengannya walau juita lebih cantik dan lebih kaya dari kutapi aku tak percaya begitu saja.pasti jita bohong namun setelah ibu juita yang sejak smp berteman baik dengan bundaku mengiyakan semua cerita juita.
Saat itu, asli aku merasa dibodohi, karena menjadi orang terakhir yang mengetahui bagaimana tingkah laku ibuku saat masa-masa kuliah dulu hingga aku lahir, ya, aku ada karena bundaku suka gonta-ganti pasangan,dan nasip sialku dari sekian pacar bundaku tak satupun cowok yang mau mengakui janin yang ada dalam perut bundaku, dan itu juga yang membuat kakekku membenci bundaku dan mengangap seolah-olah bundaku bukan anggota keluarga kakekku, namun om daan tanteku selalu mengajarkanku untuk tidak membenci bundaku karma hadist mengatakan “ surga berada di telapak kaki ibumu “, aku berfikir lagi ketika aku diingatkan dengan hadist itu masih adakah surga itu ditelapak kaki bundaku sedangkan ku tahu lingkah laku bundaku sendiri seperti itu, semua itu wajar kenapa mereka menasehatiku sepert itu karena mereka gak mau meliharku menjadi anak durhaka kepada ibunya sendiri,
Bagiku tante dan om adalah orang kedua dari bundaku karena disisi lain mereka dapat mengerti aku dan mengetahui apa inginku ketimbang bundaku yang melahirkanku mereka juga membantu mengurusku sejak kecil supaya gak menjadi anak yang bande;l atau merusaak masa depanku sendiri seperti bundaku.
Ibuku terpaksa bekerja si salah satu restouran karena Cuma tempat kerja sekarangnyalah yang mau menerima bundaku yang mempunyai masa lalu suram dan kebetulan pertouran itu juga tempat kakkeku mieting bersama rekan kerjany, kakekku pun tak menyetujui hal ini karena dia bakal tertemu dengan putrinya di depan rekan bekerja kakekku.
Siang itu, entah kenapa?, kakek dan ibuku bertengkar hebat, aku hanya tersenyum aku senang karena itu artinya kakkek akan tambah benci dengan ibuku, hanya nenek yang terus menerus berusaha agar hubungan suami dan anak sulungnya cepat baik seperti dulu kala, yang aku ingat siang itu saat kakek dan bunda bertengkar hanya kartena kakeku selalu mengungkit –ungkit masa lalu bundaku, itupun karena kakekku sering diledekin rekan bekerja kakeku bahkan ada yang mengundurkan diri menjadi rekan kerja kakekku karena mengetahui masalah bundaku, kalau sudah begitu aku hanya bisa terdiam dan melihat kejadian apa yang akan terjadi atau memilih berada dipelukan tanteku saja.
Belakangan ini aku tahu bunda dan pekerja lainnya seperti ibuku agar buruh perempuan dapat hak yang sama dengan buruh laki-laki.prestasiku di sekolah sama sekali gak terganggu, aku jusrtu menikmati saat-saat ketika semua orang makin membenci tindakan bundaku yang ingin menjadi pahlawan, walau tak satupun buruh perempuan yang mendukung tindakan bundaku, sebalikknya mereka ikut tertawa ketika ibu mengadukan pelacehan seksual yang kembali ia terima di tempat bekerjanya itu yang di lakukan om rony, mantan pacar ibu saat kuliah dulu, menurut mereka, bundakulah yang menggoda om rony dan pegawai lainya dengan genit bundaku yang gak jauh dari masa-masa kuliah dulu yang cantik, pintar, dan menjadi besar kepala karena guru laki-lakinya menyukainya, so, apa debanya bundaku dengan sekarang ini, nenek yang terus mendukung bunda sempat pergi dari rumah karena kakekku yang terus-terusan menghina bundaku pengaduan bundaku akan melecehkan yang dai dan buruh perempuan lainnya dapatkan, terus hingga tingkat pengadilan.
Awalnya ku gak peduli, tapi sedikit mengusik rasa percaya rasa penasaran ku, karena situasi semakin panas dan berkembang hingga menarik perhatian kalangan media di kota tempat ku tinggal bundaku menjadi sorotan banyak pihak.
Suatu hari aku diajak kakek dan nenek mendatangi rumah-rumah buruh perempuan yang semasip dengan bundaku meminta mereka untuk ikut bersangsi dipengadilan atau paling tidak hanya sekedar menandatangani sutar pernyataan untuk melukukan tindakan claas actions mel;awan opemilik restouran kakek dan nenek bilang bundaku sangat membutuhkan dukungan kami, terang saja aku heran kenapa kakek sekarang mendukung ibu ?
Pengadilan jusrtu memberatkan tuduhan bunda, karena bukti-bukti bahwa ibu melahirkan aku tampa ayah terpuruk oleh kesangsian laiki-laki yang mengajar di SMA-nya dulu guru yang wajhnya mulaim keriput itu datang dan meringankan om rony, dia mengaku bundaku tak secerdas yang orang kira selamai ini, bunda memnafaatkan kecantikannya untuk memperoleh nilai yang bagus
Om indra, pengacara bunda, juga kejipratan tuduhan om indra dituduh mau membantu bunda karena yakin dia ikut andil atas kehadiranku di dunia ini, di kursi tempat duduk tepat di pepan ak hakim, bundaku hanya bisa diam sambil terus menangis, bedanya dengan om rony dan pengacaranya yang dari tadi tak henti-hentinya tersenyum karena yakin bakal memenangkan pengadilan ini. Kakekkupun mengamuk dan sempat penyerangnya kakekku juga menuduh dialah yang memperkosa bundaku hingga hamil, oh tuhan benarkah semua yang kulihat dan ku dengar ini ?.
Hari itu, untuk pertama kalinya aku memeluk bundaku dengan erat, penyesalan yang teramat sangat, membuat dadaku sesak dan membuatku hyaris tak bisa bernafas suarakupun mendadak menghilang.
Entah kenapa, ? apakah tuhan mau mengampuni hamba-Nya yang sudah durhaka terhadap bundanya, yang telah melahirkannya, bunda mengaku juga sempat membenciku, tiap kali melihatku dia pasti teringat peristiwa dulu yang sudah menenggelamkan cita-citannya dan membuat trauma seumur hidup.
Ya,,,,,,,,,,,,pak roy, dosen pemimbing yang menghormati mahasiswanya, mmemperkosa binda saat dia berada di semester empat. Cris teman sekelas bunda dulu juga ikut andil dalam peristiwa terkutuk itu, om rony mengaku, dia terpaksa meninggalkan bundaku sendirian diruangan posen pemimbing bundaku berjanji akan meluluskan mata pelajarannya karena nilainay jeblok, jelek.
Sejak ketahuan hamil diluar nikah, semua orang membenci ibuku, wanita yang harusnya mencintaiku terpaksa tidak meneruskan cita-citanya karena dikeluarkan dari universitas secara tidak hormat, jahatnya lagi, om rony menyebarkan gossip kenakalan bunda ke semua tetangga rumah kakek.
Bundaku,,,,,,,,,kena fitnah itu tak terjawab ? kenapa diam ? kenapa harus menunggu hamper 17 tahun ? jika tidak, aku akan mesti membencinya dan menyakitinya bunda terus

Minggu, 04 Juli 2010

TERTIPU

TEKS DRAMA

TERTIPU
karya PUTRI LIANA (2007112097)

tokoh dan perwatakan

Tuti : gadis lembut, sopan, dan periang
Gladis : jutek, cerewet, dan teman yang baik
Robert : anak yang manis, pintar dan baik hati

di suatu ketika, Gladis dan Tuti asyik bercerita di kantin sekolah. mereka berdua sangat akrab sekali dan gokil abis.

Gladis : Tut, coba lihat itu, ada pujaan hatiku....!!!
Tuti : Hussssssssss....itu belahan jiwaku...
jangan diganggu yach, itu sudah aku ikat alias tidak bisa di ganggu gugat
lagi.
Gladis : Iyach dech.....!!!!

tak lama kemudian si cowok menghampiri mereka.

Robert :Heiiii,,,,,lagi ngapain kalian berdua
pasti lagi ngerumpi yach,ayo....ngaku...!!!!
Gladis :nggak kok kami membahas tentang pelajaran tadi.
Tuti : iyach,,,,benar kok!

Bel pun berbunyi tanda memulai pelajaran lagi.

Gladis : Guanteng banget yachhh Robert.
Tuti : Iyach sich...."kenalkan ini istrinya Robert".
(sambil mengulurkan tangan)
Gladis : jangan gila donx
Tuti :lu aja yang gila
gladis : Tut, besok kita jalan yuuuk, kan besok kita libur waktunya cuci mata biar
"fresh".
Tuti : Okeyz,,,, besok kamu jemput aku yach, pamitan ma Bonyok ku.
okeyz cuyyyyz.
Gladis : itu mudah di atur.

keesokkan harinya, mereka berjalan di maall untuk mencuci mata.

Gladis : dah lama yach tut kita gak jalan seperti ini.
Tuti : benar itu...!
Gladis : kita beli es krim yuk'z....???
Tuti : ayo...
Gladis : tut...tut...tut...
itukan Robert, sama siapa dia.
Tuti ;iyach benar itu Robert,ayo kita samperin biar kita tanya langsung siapa
yang bersama dia.
Gladis : hai.....siapa Bet, cewek ini.....
Robert : Ohhh...dia...dia... adalah "pacarku"....

bagaikan petir di siang bolong,,,,,menghantam bumi dan memecahkan gendang telinga mendengar jawaban yang di tuturkan Robert tadi.

Tuti ; Oh..."pacarmu"...........!!!!
Gladis :Oh yw da met bersenang-senagng saja yaCh kalian berdua..........!!!
Kami mau jalan-jalan dengan Tuti.
Tuti ; kami duluan yaChhhhh...!
Gladis : asli aku kecewa banget tut.
Tuti : aku jug dis.

******SEKIAN******

HALTE

Tema : terikat hatinya pada pandangan pertama
Amanat : mencari belahan jiwa jangan melihat dari penampilan luarnya tapi melainkan dari hatinya.

HALTE
Karya PUTRI LIANA (2007112097)



Langit mendung, awan menghitam, hujanpun rintik-rintik, gemuruh petirpun bersahut-sahutan. akupun berteduh di sebuah halte yang disinggahi banyak orang. di sana aku kedinginan, bajuku pun basah kuyup dikarenakan terkena air hujan tersebut. tanpa disengaja ada seorang cowok yang memperhatikan aku dalam-dalam adri pertama aku berteduh di halte tersebut.
tak lama kemudian cowok itu melepaskan jaketnya yang dipakainya dan meminjamkan jaket tersebut kepadaku. akupun terharu melihatnya "masih ada yach cowok yang mempunyai perhatian dan mengerti keadaan aku pada saat itu. aku pikir pada era zaman sekarang ini sulit sekali menemukan orang yang seperti, aku baru percaya dengan hal itu karena aku menyaksikan dengan mata kepala ku sendiri.
kami pun diam tanpa kata, dalam hatiku berkata "aduh baiknya cowok ini, ganteng, hitam manis. andai aku punya cowok seperti ini................."aku terperanjat dalam khayalku". "hei" kata cowok itu . "kok melamun" lanjutnya. "Ah tidak" jawabku.
hujan pun reda, orang yang berteduh, satu persatu meninggalkan halte tersebut. dan aku mengemmbalikan jaket yang ia pinjamkan kepadaku tadi. akupun mengucapkan terima kasih.
tiba..tiba..........sssssstttt......sssssttttt seperti terhipnotis, aku tertegun melihat cowok itu memegang pundakku karena aku terpeleset hampir terjatuh kelantai. aku kagek hampir-hampir task sadarkan diri, beruntung ada si cowok yang ,menahan pundakku. cepat-cepat aku merapikan baju dan jilbabku. "sekali lagi terima kasih Yach".
Ohhhh terlambat...............,
aku cabut dulu yach...............!!!!!
tanpa menoleh akupun berlari sekencang mungkin, kuliahku,,,,,!aku lihat di dalam kelas telah berdiri dosen ku yang paling killer.dan di takuti.
akupun merasa tidak sanggup untuk masuk pasti aku di omeli...!
mendingan aku bolos aja DecHHHH.
aduh gara-gara hujan niChh.
mendingan aku sholat ja di musolah....udah pukul 16.00 sore.
tak lama kemudian perkuliahan sudah selesai. Ayin temanku menghampiriku. Ayin adalah temanku yang akrab, dekat dan dia sendiri sudah kuanggap sebagai saudaraku.

Yinnnn...........Yinnnnnnnnnn.........Yinnnnn
Ayin, apa kabar........? tanya orang yang memanggilnya tadi.
Ohhh Yusuf yacH, "kbr ku baik" jawab Ayin.

aku terperangah, melihat mereka berdua asyik bercerita, dalam hatiku berkata itukan cowok yang tadi ketemu di halte.
"hey, kok melamun. kenalin nich temanku waktu kuliah dulu " Ayin menaydarkan ku dalam lamunanku.
"Oh ma'af....!!!!
sambil mengulurkan tangan aku menunduk malu, si cowok itu dari pertama berbicara dengan Ayin, itu selalu menoleh ku dengan tatapan dalam.
si cowok menangkap uluran tanganku dan menyebutkan namanya.
"siapa namanya?" tanya Yusuf
"dinda" jawabku

............setelah perkenalan itu suaranya terngiang-ngiangdalam ingatanku. entah mengapa setiap bercermin wajahnya selalu ada terukir indah.
"Ohhh.............setan apa yang merasuki pikiran ku ini, apakah ini yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama......?????
aku tak mengerti dengan perasaan in, lebih baik aku istirahat saja besok ada jadwal kuliah.....tidur aaaaaahhhhhhhhhh.............!!!!!!!!!!

hari berganti hari..........
perasaan itu semakin menjadi-jadi. akupun menceritakan kejadian yang aku alami kepada Ayin temanku. dengan menceritakan peristiwa tiu mungkin perasaan ini sedikit lega. Ayinpun menangggapinya dengan sikap yang santai.
"Ohhhh,begitu ceritanya, emang benar sich. pada waktu SMA dulu Yusuf adalah ketua OSIS kami dulu, dia juga siswa yang teladan, baik, soleh, dan pengertian. tidak salah kalau teman-teman ku dulu banyak yang naksir ama dia.
tipe cewek idaman Yusuf aku tahu persis seperti apa?
"yang bagaimana?" tanyaku
"Ah, kamu Gak perlu tahu la,pokoknya kamu bukan tipenya" sindir Ayin kepadaku.
"Oh,aku bukan............."sebelum selesai berbicara.
"iyach bemar" Ayin memotong pembicaranku.

mungkin aku tidak akan lagi memikirkan cowok itu, aku merasa tidak ada harapan lagi.
pada suatu ketik aku melihat Ayin dan Yusuf ngobrol berdua di kantin kampus, akupun tidak tahu kalau Ayin akan ke kantin dan bertemu dengan Yusuf, kayaknya mereka berdua akrab sekali, aku merasa tidak enak hati melihat mereka berdua yang bercanda gurau. Ah sudah lah, biar aja mereka berdua, kenapa aku harus ikut campur urusan mereka.
"Yin, dari mana, kog lama banget masuk kelasnya" tanyaku sinis.
"hem,,,,dari kantin, tadi aku ketemu Yusuf Loh...." jawab Ayin sambil tersenyum.
"kamu seneng yach sama Yusuf, udah dech ngaku aja, aku udah tahu kok kalau kamu menaruh hati kepada Yusuf, tipe yang seperti kamu kan, buktinya aja kalau kamu ketemu yusuf paasti kamu riang gembira. benar kan" tanyaku mendesak Ayin.
"kamu salah" elak Ayin
"apanya yang salahj, sudah terbukti kan" tukasku
"udah stop dong curiganya, begini ceritanya jangan sinis dulu kepadaku. sebenarnya aku ingin mencomblangin kalian berdua.
heee.heee tau,tau Yusuf sudah jatuh hati pertama kali melihat dirimu di halte yang kedinginan dan menolongmu pada waktu terpeleset, dati situlah Yusuf hatinya bergetar. pada waktu di kantin tadi panjang lebar aku bercerita tentang dirimu dari sifat kesukaan, hal-hal yang tidak kau senangi, hobi serta banyak dech. sudah jelas semua kan. Ayin akan memberikan cowok yang cocok untuk dirimu.

aku terharu mendengar apa yang diucapkan oleh Ayin,tanpa panjang lebar, aku langsung memeluk Ayin.
"yach sudah. Yusuf sekarang menunggumu tuh di depan musolah kamu samperin sana, mungkin dia mau ngomong sesuatu.............???perintah Ayin.
"tapi, ga pake tapi cepat pergi sana.
tanpa pikir panjang aku langsung menghampiri Yusuf, kami aling berhadapan dan berpandangan mata, "perasaan sekarang sama seperti pertama kali kita bertemu di halte" ujar Yusuf.
"iyach sama, aku juga merasakan hal seperti itu." ucapku.


****SEKIAN*****

Minggu, 27 Juni 2010

Broken Home

TEKS DRAMA

Tema : Anak yang kurang kasih sayang dan perhatian
Amanat : Bentuklah sebuah keluarga yang harmonis dan juga keluarga yang sakinah,
mawaddah dan warahmah.



BROKEN HOME
KARYA PUTRI LIANA (2007112097)


Tokoh dan Perwatakan:

Papa : Sibuk dengan pekerjaan nya, Egois
Mama : suka ngomel-ngomel mulu, senang mempercantik diri, sibuk dengan ibu-ibu
arisan oleh karena itu, anaknya tidak diurusnya.
Tomi : Keras kepala, manja, ingin menang sendiri.
Iyem : Penurut, Rajin.

****

Tomi : Sepi banget,,,,,,? kemananich orang-orang di rumah ini ?
Mbok.......mbok........mbok......
Iyem : "Iyach den, Ada apa?
Tomi : Papa mama pada kemana?
Iyem : Belum pulang, mungkin bentar lagi.

Si tomi menunggu mereka dari siang sampai malam papa dan mamanya belum pulang juga. sudah lama menunggu akhirnya Tomi terlelap juga di kamarnya.

Tomi : Pa ma, semalam pulang jam berapa?
kalian sibuk dengan urusan kalian masing-masing.jadi, apa gunanya aku di
sini......?
Mama : Tomi tetap anak mama dan papa.
tidak usah ngomong gitu lagi.
Papa : (hanya diam saja)
Mama : pa nanti pulang jam berapa?
Papa : Nunggu rapat selesai, pasti pulang.
Tomi, ini uang jajan kamu......!!!!!!
Tomi : Ahhhh.........Segini, mana cukup pa....?
Papa : Mau minta berapa...?
Tomi : Satu juta pa, Tomi ingin traktir teman-teman Tomi untuk merayakan Ulang
tahun Tomi.
Mama : Ohhhhhh....Selamat ulang tahun ya sayang.
Tomi : sudah terlambat ma, seminggu yang lalu Tomi Ultahnya.
Papa : Ya sudah ini ambil uangnya. papa pergi dulu yaCh.
Mama : Mama juga pa, mama mau pergi ke salon.
Papa : ini ambil kartu kredit papa.

Dalam pemikiran Tomi tadi, uenaaaaaaknya uang ini saya belikan "barang saja" supaya aku bisa "play". Tomipun membeli barang kepada teman-teman di sekolahnya dan membeli minuman keras serta berpoya-poya. "Ah,,,rasanya dunia ini hanya milik Tomi sendiri.
kesidukan kedua orang tuanya pun semakin padat, mereka tidak tahu kelakuan dan perbuatan apa yang dilakukan anaknya.

Mama : Tok......tok....tok....., Tomi bangun sudah siang.
mau sekolah gak....???
Tomi : Malas ma, Tomi bolos aja (sambil teriak dari dalam kamar)
Mama : mau jadi apa kamu ini...,kalau tidak mau sekolah (teriak mama)
Tomi : terserah (sambil menarik selimut)
Mama : Mbok.....mbok......mbok....
Mama : ada apa nya.........?
Mama : Tolong mbok urusin Tomi, nyonya mau pergi arisan karena sudah ditunggu di sana.
Iyem : Iyach,,,nya.

tidak lama kemudian Iyem pun mengetok pintu kamar Tomi....

Iyem : Den, aden, ini mbok bawa'in makanan untuk aden, buka pintunya den.

Tak lama kemudian terbukalah pintu.

Tomi :Letakkan saja di dalam kamar.
Iyem : Den, sepertinya aden habis minum-minuman....???
Tomi : keluarlah mbok, tidak usah urusin Tomi, keluarlah sekarang.

Setiap harinya Tomi mengurung diri di kamar, apabila tidak ada di kamar, dipastikan dia pasti pergi kerumah teman-temannya untuk berpoya0poya ketika diberi uang jajan untuknya.

Mama : Tomi.......Tomi.....Tomi (sambil mengetuk pintu kamar)
mbok Tomi kemana...!
Iyem : Belum pulang nya, dari kemarin aden belum pulang...!!!
Mama : kemana yach, anak itu, pa,,,,Tomi tidak ada di kamarnya.
Papa : Papa.... tidak tahu....papa kan baru pulang.

Kring....Kring...kring....(bunyi telp)

Iyem : iaych,,,selamat pagi...apa....???
Mama : Ada apa mbok,,,,?(tanya nyonya sambil terkehut)
Papa : iyach,,,,mbok ada apa, siapa yang telp tadi. temannya aden.
Mama : ada apa mbok,,,,???(paksanya)
Iyem : ehmmmm.....ehmmmmmmmm.ehmmmmm(sambil terbata-bata)
a........aa dennnnn masuk rumah sakit nya.
Mama : apa............???(terkejut)
Papa : Mama...(menangkap pundak istrinya karena mau terjatuh mendengar berita
tersebut).

Sekitar satu jam'an datanglah keluarga Tomi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Tomi, setelah sampai si rumah sakit. mama dan papanya melihat jasad yang terbujur kaku yang ditutupi kain putih yang tidak berdaya lagi dikarenakan OD (over dosis) menggunakan obat-obatan yang terlarang .

Mama : Anakku, maafkan mama dan papa (sambil memeluk anaknya yang terbaring.
Papa : (Hanya terdiam)

Raungan mamanya memecahkan seisi dunia, tinggallah rasa penyesalan dan bersalah di benak kedua orang tuanya itu.

****SEKIAN****

Jumat, 25 Juni 2010

'Tobatnya Preman Sekolah'

Nama: Nopi Sari
‘Tobatnya Preman Sekolah’

Pagi pagi preman sekolah sudah membuat masalah . Mereka adalah Abduh dan rudi. Didepan pintu kelas, setiap orang yang mau masuk kelas harus membayar uang kepada Abduh dan rudi jika mereka tidak ingin mendapat sebuah pukulan dimuka mereka. Dari kejauhan, tiga anak pejabat tinggi sedang berjalan menuju dalam kelas. Mereka adalah Rukmam, Vera dan Rico Abduh dan rudi telah menunggu mereka dari tadi.

Abduh: “ Hey! Apa kabar para pejabat cilik?(menghadang jalan mereka bertiga) buru buru y? kenapa buru buru sih santai aja lah? (memeluk Rukmam) kita main main aja dulu dulu, bener ga Rud?”
Rudi: “ Bener ntuh, lagian bel masuk kan masih lama.”
Rukmam: “Kenapa nih? Kenapa loe berdua hadang jalan kita berdua?”
Rudi: “Pura pura ga tau atau loe emang ga tau ya? Nih kan daerah kita berdua.Loe pada sebagai pendatang harus bayar pajak dunk sama kita kita. “
Rico: “Aturan nenek loe ya kali? Ini kan sekolahan ga ada pajak pajak an tau? Emang nih sekolahan punya nenek loe y? gue aja yang nyumbang banyak begini ga pernah narik pajak kayak loe berdua? Eh, loe berdua bocah ingusan dari kolong jembatan mau bertindak aneh aneh? Malas gue bayar?
Rudi:“ Apa loe barusan bilang? Bocah ingusan. Oke, jadi loe mau bayar ga nih. Gue tanya sekali lagi?”
Rico:“ Bayar? Malas y mending uang gue buat beli bakso 10 mangkok dari pada buat loe pada.”
Rudi:“Jadi gimana bos? (menoleh ke arah Abduh)
Abduh:“ (berjalan ke arah Rico dan memegang kerahnya) heh, gentong. Loe jangan sok berani main main sama kita berdua y? ini tanah emang bukan tanah nenek gue tapi ini daerah kekuasaan gue. Loe, sebagai pendatang mau ga mau harus bayar. Ya! Ga apa apa sih kalo le bertiga ga mau bayar, lagian hari ini kita juga belum punya kelinci percobaan.”
Rudi:“ loe berdua mau bayar kagak?” (kata rudi pada Vera dan Rukmam)
Vera:“Okey, gue mau bayar. Asal loe berdua mau lepasin kita bertiga.”
Abduh:“Loe berdua boleh masuk setelah bayar tapi untuk si gentong nggak. Kita mau main main dulu ama dia. loe keberatan?”
Vera: (berbisik kepada Rukmam) “Gimana mam, kalo kita ga biarin Rico bersama mereka bisa bisa kita bernasib sama kayak mereka ntuh.”
Rukmam:“okey, loe bisa bawa Rico”
Abduh:“Okey”
Vera:(mengeluarkan selembar uang 10 ribuan dari dompetnya) “Nih, duitnya!” (menyerahkan uang itu pada rudi)
Rudi:“Hah (mengatakan dengan nada tak percaya) “10 ribu ,ini ma duit cuma buat beli penthol lah gimana dengan uang makannya? Loe kan anak pejabat minim uang saku kan 100 ribu. Kurang?”
Rukmam: “Gue aja deh yang bayar”(mengeluarkan uang 100ribu dari dompetnya).
Rudi:(mengambil uang 100ribu tersebut dengan cepat dari tangan Rukmam) “Ini baru duit. Nah sekarang kalian boleh masuk”.
Rukmam:(berjalan masuk kalas sambil menengok Rico) “ sorry, co!! gue kali ini ga bisa bantu.”
Vera:“Sorry, gue kali ini juga ga bisa bantu.”
Abduh:“Rud, enaknya kita apain nih anak yang satu ini?”
Rudi:(berpikir sejenak) “Di ceburin di kolam ikan sekolahan aja, habis ntu di coreng coreng pake arang and disuruh nari ballet di depan anak anak. Pasti nanti ntu heboh banget. Hahahahahahaah” (ketawa terbahak bahak)
Abduh: “wkwkwkwk, oke laksanakan bro. tumben otaklo encer”
Rico: “Waduh, jangan deh rud. Nanti kalo gue pulang trus sakit gimana? Gue bisa di marahin mami gue habis habisan? Ampuni gue duh?”
Abduh: “Tak ada ampun lagi buatmu, dasar gentong”
Akhirnya setelah mengerjai Rico habis habisan. Abduh dan rudi bukannya masuk kelas tapi bolos sekolah. Mereka pergi ke tempat diskotik dan menggunakan uang yang mereka dapatkan tadi buat minum minuman keras. Hingga mereka berdua mabuk di tengah jalan. Kesedokan harinya mereka baru pulang kerumah masing masing. Abduh telah ditunggu dari tadi malam oleh ibunya.
Ibu Syaroffah: “Dari mana aja kamu nak, kenapa baru pagi ini kamu barusan pulang?”
Abduh:” Sudahlah bu ga usah dipikirin. Males aku ngebahasnya.”
Ibu Syaroffah:” Ya sudah sekarang masuk yuk, kamu pasti laper kan? Sudah ibu siapin tuh sarapan ntuh. Makanan kesukaan kamu.”
Abduh:” Ga ah, Abduh masih kenyang kok. Sekarang Abduh minta duit aja? Cuma 500 ribu aja. Males aku di rumah ngeladeni ibu yang ngomel terus mending Abduh pergi sama temen temen. Udah cepet?” (nada membujuk kasar)
Ibu Syaroffah: “500 ribu katamu? Uang dari mana ibu dapat uang sebanyak itu. ibu kan hanya seorang penjual jamu keliling.”
Abduh: “ Pokoknya Abduh ga mau tau, sekarang Abduh mau uang itu. cepetan?”
Ibu Syaroffah: “ Ibu ga punya uang sebanyak itu nak?”
Abduh: “Enggak, ibu pastii nyembunyiin sesuatu dari Abduh. (berjalan menuju kamar ibunya)”
Abduh lalau membongkar seluruh isi kamar ibunya. Setelah beberapa lama ternyata dia menemukan sebuah cincin.
Ibu Syaroffah: “Jangan, jangan kau ambil cincin itu nak, itu adalah cincin peninggalan ayahmu ketika ibu menikah dulu.” (sambil merebut)
Abduh:” Argh…. Dasar orang tua bawel. Sudah Abduh mau pergi dulu.” (mendorang ibunya hingga jatuh ke lantai)
Ibu Syaroffah: “ Jangan Abduh, jangan kau jual cincin peninggalan almarhum bapakmu itu. Ibu mohon, ibu mohon nak”( mengejar sambil menangis)
Abduh meinggalkan ibunya begitu saja. Layaknya ia tidak mengenal ibuny lagi. kemudian ia pergi ke pasar untuk menjual cincin itu. Lalu ia menelpon rudi.
Abduh: “Halo, rud. Loe lagi ngapain?”
Rudi: “ Gue lagi tidur tiduran aja, bosen gue ga ada kerjaan.”
Abduh: “Bagus kalo begitu, loe sekarang ikut gue ke diskotik kita minum minum sepuasnnya disana nanti. Nyante aja gue yang mbayarin kok”
Rudi: “Hah… uang dari mana loe bisa traktir gue?”
Abduh: “Udah, loe jangan banyak bacot. Loe cepet kesini. Gue udah di depan rumah loe.”
Rudi: “Okey, bos”

Akhirnya mereka pun pergi bersama ke diskotik hingga larut malam. Setelah puas seharian di diskotik akhirnya mereka berdua pulang ke rumah masing masing. Mereka pulang dengan keadaan mabuk berat. Abduh sempat mutah beberapa kali. Begitu pula dengan rudi. Ibu syaroffah yang stres melihat anaknya berubah menjadi nakal seperti itu. Pada waktu itu beliau masih memakai mukena dan masih berdoa di kamarnya.

Abduh: “Ibu!!!… ibu!!! Abduh, anak ibu pulang nih” ( masuk nyelonong dan bicara dalam keadaan mabuk)
Ibu Syaroffah: “ Kamu ini kenapa tho le? Kenapa kamu bisa mabuk mabuk an seperti ini”
Abduh:” Agh…. Pasti bawel, anak pulang bukannya di sambut dengan ceria malah diomeli. Anak muda zaman sekarang ntu ga ada yang di nasehati. Eh.. ibu hobinya comel mlulu… bosen bu.” ( bicar sambil marah)
Ibu syaroffah:” Astagfitullah…. Nyebut nak nyebut. Sekarang kamu mandi dulu sana gih dan ganti pakaian ya? Habis ntu jangan lupa shalat isya’, ibu sudah lama ga pernah lihat kamu sholat lag ntuhi.”
Abduh: “ Aduh!! Ibu ini, bawel lagi… bawel lagi. Tak bilangin ya bu, sekarang ntu dunia udah berubah, ga butuh shalat. Shalat itu ga bisa datengain kita uang. Cuma buang buang waktu aja. Kayak kita ini miskin trus. Udah ahg… dari pada dengerin ibu yang bawelnya minta ampun Abduh mau tidur dulu aja.” ( berjalan menuju kamar dengan menclang menclong)
Ibu Syaroffah: “ Astagfirullah Abduh…. Kenapa kamu bisa berubah kayak begini nak? Hati hati kalo jalan. Sini biar ibu bantu kamu masuk ke kamar.”
Abduh: “ aghr….(mendorang hingga ibunya terjatuh) ga usah sok meratiin. Abduh bisa jalan sendiri. Abduh ga perlu ibu miskin seperti ibu.”( membentak)
Kelakukan Abduh semakin hari semakin menjadi jadi. Ia tidak hanya berani pulang dengan mabuk tetapi sekarang dia sudah berani membawa cewek main keluar masuk rumah. Ibunya pun sakitnya semakin parah. Hingga suatu hari, sepulang sekolah Abduh pulang kerumah ingin meminta uang kembali pada ibunya. Rudi berada di balakannya. Betapa kagetnya dia ketika melihat banyak orang tengah berkumpul di rumahnya.
Rudi: “Apaan ntuh, kenapa di rumah loe banyak sekali orang. Masak orang orang lagi demo gara gara ibu loe ga bisa bayar cicilan utang?”
Abduh: “ Ngawur aja loe ( mendorong kepala rudi) mungkin sedang ada arisan ibu ibu kali.. wah ini kesempatan bagus ntuh, gue bisa minta uang lebih dari ibu gue.kalo begitu ayo cepetan kita kesana”

Setelah masuk rumah, Betapa kagetnya dia melihat seorang wanita tua tergeletak tak berdaya di depan dirinya. Ia semakin histeris ketika mengetahui kalau wanita itu adalah ibunya. Abduh pun tak percaya dan berjalan mendekati ibunya. Ia pun berlutut di depan mayat ibunya dan meminta maaf atas semua yang pernah ia perbuat. Ia menangis sejadi jadinya.

Abduh:” Hiks….. hiks….. bu… maafkan aku bu… kenapa ibu lebih dulu meninggalkan Abduh?… Abduh tak sanggup untuk hidup sendirian. Bu…. Kenapa ibu harus mati… maafkanlah kesalahanku selama ini… bu… selama ini Abduh telah menjadi anak yang durhaka. Abduh jaji kali ini Abduh akan berubah menjadi anak yang baik dan sholehah seperti yang ibu inginkan.” (menangis tersedu-sedu)
Rudi:” Sudahlah duh, biarkan yang tejadi berlalu….”(belum selesai ngomong)
Abduh: “ argh….. biarkan aku sendiri.”
Sejak saat itu, Abduh dan rudi berubah total, ia tidak pernah lagi membuat onar di sekolahnya. Ia menjadi anak yang sangat pendiam dan rajin belajar. Seluruh temannya begitu kaget. Mengapa Abduh dan rudi bisa berubah? Tetapi ternyata banyak dari teman temannya yang memanfaatkan hal ini untuk membalas dendam terutama Rico, Rukmam dan Vera.
Rico:”Cuih, preman sekolah ternyata bisa tobat ya, apalagi preman kayak loe berdua. Angin dari mana yang bisa membuat loe berdua bisa tobat kayak begini”
Vera: “Paling-paling juga besok sudah menjadi preman lagi yang paling ganas, tapi yakin aku ga akan takut lagi ama loe berdua.”
Rukmam: “Shit, loe berdua mau berubah. Jangna ngaco loe pada. Gue ga akan percaya selamanya kalo loe berdua bisa berubah mendjai anak yang baik.”
Laila: “Kalian ini, gimana sih? Mereka ini mau berubah malah di olok olok ini kayak begini. Orang yang niatnya baik itu hasunya di sukung sunk jangna malah di olok olok ini kayak gene.syukur syukur kalo dia tidak kembali seperti dulu.”
Vera: (mendorong pundak Laila) “ Eh… Loe ntu, jadi cewek jangan munafik deh, loe ntu sebenarnya juga punya dendam pribadi kan ama mereka berdua? Ga usah di tutup tutupi kayak gene. Munafik loe!”
Abduh: “Sudahlah Lil, tak usah kau hiraukan mereka. Mereka memang pantas kok melakukannya, aku memang yang salah kok. Untuk itu aku mau minta maaf kepada kalian bertiga atas semua yang telah aku perbuat kepada kalian?”
Laila:” Tapi duh….”
Rudi: “Abduh benar, aku juga mau minta maaf epada kalian semua. Da kalian mau kan maafin kiita berdua? Kita tak ingin ada lagi permusuhan di antara kita.”
Rico: “ Aku memaafkanmu? Jangan bermimpi deh loe aku aja yang duluminta maaf sambil berlutut aja malah loe kerjain abis abisan. Sekarang loe berdua malah minta maaf ama gue tanpa rasa salah apapun. Enak banget loe!”
Rukmam:” Bener, co! gue juga males banget maafin mereka, balikin dulu uang gue… baru loe minta maaf di depan gue sambil sujud, mungkin gue bisa maafin loe berdua”
Vera: “Bener mam, gue juga ga rela maafin mereka sebelum kita bisa membalas semua yang telah mereka lakukan kepada kita bertiga.”
Rico: “Sudah kita pergi aja yuk, ngapain kita harus ngurus masalah mereka berdua kayak orang kurang kerjaan aja.”
Vera: “Kita ke kantin aja yuk, gue laper banget nih”
Rukman: “Ayo” (beranjak pergi)
Abduh:”Laila, kenapa loe malah mbelain gue waktu mereka bertiga menghina gue. Bukannya kita berdua ini juga sering nyekitin hati loe?”
Rudi: “ Iya, kenapa loe ga ngolok kita berdua. Padahal loe kalo mau kita ga akan balas kok. Silahkan aja!”
Laila: “Sudahlah, tak usah kalian ungkit lagi masalah yang lalu itu, biarlah yang lalu itu berlalu dengan sendirinya. Lagi pula aku sudah tidak ada dendam lagi kok ama kalian berdua. Malah an aku juga ikut seneng kalian bisa berubah seperti ini.”
Rudi: “Loe emang cewek yang baaik Lil”
Laila: “Jangan begitu”( tersipu malu)
Suatu ketika, Abduh dan rudi ini bertekad menjadi siswa terbaik se-kabupaten dengan memiliki nilai UNAS terbaik. Ketika teman teman-temannya tahu, mereka tertawa terbahak bahak.
Rico:” Hahahaha… jadi loe berdua bertekad mau jadi yang tebaik se- kabupaten. Jangan bermimpi deh loe. Gue aja nih y? anak terpandai satu sekolahan ga pernah ngimpi kayak begitu, karena itu suatu yang tidak mungkin. Loe berdua kan bodohnya minta ampun jangan berharap deh.”
Rukmam: “Gue aja nih y? yang belajar tiap hari ga yakin bisa jadi yang terbaik, ehh… elo yang masih cupu begitu mau jadi yang terbaik. Sadar donk?”
Vera: “Kita aja anak pejabat yang setiap hari les di beberapa LBB aja ga yakin masuk 5 besar se-kabupaten. Elo yang bodohnya berpangkat mau jadi yang terbaik. Paling paling lulus aja masih kemungkinan.”
Rudi:”Memang kita dari golongan anak yang tidak mampu, tapi ingat kesempatan itu datang kepada siapapun. Kalo emang loe bisa, kenapa kita tidak bisa? Ya bisa dunk. Kita kan sama-sama makan nasinya masak ga bisa sih.”
Rukmam: “Okey, kalo begitu kita bertarung siapa yang akan menjadi yang terbaik.”
Abduh: “Oke, gue trimu tantangan loe bertiga”
Rico: “Paling paling melawan mereka berdua kita tak perlu belajar pun bisa menang, benar ga ?”
Vera: “Bener, ga usah belajar paling menang”
Untuk memenangkan pertarungan ini rudi dan Abduh harus belajar dengan giat. Tetapi masalahnya mereka tidak punya uang sama sekali. Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ngamen pada siang hari dan belajar extra pada malam harinya.
Abduh:”(menyanyi)
Rudi:” Panas banget duh, gue ga kuat lagi nih”
Abduh:” Tahan rud, demi mendapatkan kemenangan itu.”
Rudi: “ oke deh”
Ketika mereka sedang mengamen di sebuah mobil mewah hitam, mereka bertemu dengan
Vera, Rukmam dan Rico yang ternyata pemilim dari mobil hitam ini.
Rico:” hah… ternyata memang benar tidak perlu repot repot belajar melawan kalian berdua.”
Vera:” Iya benar, kita kita aja siang siang begini mau pergi les, eh loe berdua malah ngamen di tengah jalan. Ga tau malu loe?”
Rico:” Ini gue punya uang 100ribu buat loe, gratis kok mumpung kita lagi baik hati? nih ( menyodorkan uang 100ribuan ke arah rudi)
Rudi: (menjulurkan tangan untuk mengambil uang tersebut)
Rico: Cuih (meludah tepat diatas tangan rudi). Hahahahahahahaha makan ntu ludah gue”
Vera&Rukmam: “hahahahahahahah, mampus loe, mau aja dikerjain)
Rudi yang dari tadi kelelahan lepas kendali, dia lalu menuju ke arah Rico dan ketika akan memukulnya ternyata lampu merah telah berganti hijau. Rico dan teman temannya berhasil mealrikan diri.
Abduh: “Sudahlah rud, jangan kau ambil hati. Biarlah mereka merasakan yang pernah kita rasakan sebelumnya. Sekarang gantian biarlah kita merasakan apa yang telah mereka rasakan dulu. Jadi sabar aja, oke?”
Rudi:” baiklah”
Setelah mati-matian mereka berdua mencari uang untuk membeli buku, akhirnya kesampaian juga. Mereka belajar dengan tekun tiap hari. Dan pada akhirnya mereka menjadi siswa terbaik se-kabupaten sedangkan Vera, Rukmam dan Rico tidak lulus ujian nasional lantaran terlalu meremehkannya.
Laila: “Selamat y duh? (menyalami Abduh) selamat juga ya rud?(menyalami rudi). Selamat kalian telah terpilih menjadi siswa terbaik se-kabupaten.”
Abduh:” Sama-sama y Lil! Aku juga mau ngucapin trima kasih buat elo yang mau nemenin kita belajar selama ini”
Rudi:” Iya Lil kalo misalnya y? kita tidak punya temen seperti kamu mungkin kita ga bisa jadi yang terbaik seperti ini?”
Laila:” Alah, jangan terlalu berlebiah namanya juag temen kita harus saling tolong menolong.”
Abduh:” eh.. Lil ngomong ngomong loe tau g dimana Rico, Vera ma Rukmam.”
Laila: “ em…. kayaknya sih tadi ada di kelas, mereka kayaknya sedih banget deh setelah tau mereka tidak lulus”
Rudi:” Syukurin… biar mereka tau rasa”
Abduh: “Gimana kalo kita ke mereka aja, kita hibur mereka. Kasihan mereka.”
(Sampai di kelas)
Abduh: “hai mam.”
Rukmam: “Wat apa loe bertiga datang ke sini? Loe mau pamer y karena uadah jadi pemenang petarungan kita atoo loe mau ngolok-nglok in kita karena kita tidak lulus ujian nasional?”
Abduh: “Ga kok, gue d ateng ke sini Cuma mau ngajakinloe semua makan di kantin. Habis dari tadi muka kalian murung terus sih”
Rico: “Emm… duh hati loe baik banget y? sory y buat kesalahan gue ke elo ma rudi. Gue khilaf duh… loe mau maafin gue kan?”
Vera: “ Gue juga mau minta maaf ya duh? ma loe rud? Loe berdua mau maafin gue kan?”
Rukmam: “sorry ya duh! Gue udah nuduh loe dengan yang tidak tidak. Gue juga mau minta maaf atas semua salah gue ke elo?
Abduh: “Kita berdua mau kok maafin loe bertiga, kita juga mau minta maaf y buat yang dulu dulu?”
Rico:”Iya kita udah maafin kok”
Rudi:” Kalo begitu untuk ngerayain hari ini, kita pergi ke kantin biar gue yang traktir?”
Abduh: “ayukkkk” ( berjalan bersam sama menuju kantin)
Akhirnya, mereka dapat hidup rukun. Walaupun sebelumnya ada pertentangan di antara mereka.

'Makna Sahabat'

Nama: Nopi Sari
Naskah Drama: 'Makna Sahabat'

Suasana pagi cerah di SMA Pelita Harapan mengiringi sebuah kisah keempat sekawan dengan karakter yang berbeda-beda. Namun perbedaan tersebut tidak menjadikan mereka berempat berselisih, tetapi menjadikan mereka akrab dalam persahabatan yang sejati. Chaca, Viera, Elzha, dan Bintang, itulah nama mereka. Mereka selalu kompak dan tampak ceria setiap hari. Jadi tidak heran jika mereka memiliki ribuan teman. Ke empat sekawan tersebut berbincang-bincang sambil berjalan ditaman sekolah.

Elzha : “Hey sob, sebentar lagi kita UAN nich, pastinya waktu untuk kumpul-kumpul kita akan tersita buat belajar. Gimana nich?”
Viera : “Iya bener juga Zha, jadwal kita bakalan jungkir balik gara-gara persiapan UAN. Jadwal shopping, ke salon, creambath, manypadhy, dan pastinya jadwal kencan bareng bakalan ancur. Aduch, bisa-bisa rambut aku rontok nich.”
Chaca : “Gak segitunya kali, tergantung kita juga. Jika kita rajin menabung ilmu, maka kita tidak akan sibuk belajar.”
Viera : “Ah kamu ini Cha, mentang-mentang anak pintar jadinya sok ceramah. Huh nyebelin.”
Elzha : “Sudah-sudah jangan berdebat, apa yang diomongin Chaca itu ada benarnya juga. Coba dech kalian bayangin, jika kita rajin belajar kita tidak perlu sibuk-sibuk mikirin UAN, itung-itung siap senjata dulu sebelum perang. Enjoy aja lagi, bener gak?”
Viera : “Iya-iya Bu guru. Belum masuk kelas aja sudah dapat ceramah dari Ibu Chaca dan Ibu Elzha, capek dech.”
Bintang : “Ha…ha…ha…Viera Viera dari dulu penyakit marah kamu gak sembuh-sembuh yach.” (Dengan nada ngeledek)
Chaca : “Maklumlah dia itukan The Queen of Angry in the World.”
Elzha : “Chaca ini sukanya kok ngledekin aku terus. Kalau ngefans sama aku bilang aja dech.”
Chaca : “Ih, gak banget dech.” Bel masuk kelas berbunyi, merekapun masuk kelas untuk mengikuti pelajaran. Waktu cepat berlalu, tak terasa sudah saatnya pulang sekolah.
Viera : “Guys, mau ke mana nich? Kalian mau langsung pulang atau mau shopping dulu?”
Bintang : “Maybe, I go home now because I’m tired. Seharian ulangan terus.”
Chaca : “Iya sama. Aku juga mau langsung pulang banyak tugas yang harus di kerjakan plus jadwal les aku yang numpuk banget. Maklumlah, aku itukan orang sibuk.” (Seraya tertawa)
Elzha : “Aduch, jadi anak kelas tiga capek banget ya. Dikit-dikit tugas, dikit-dikit ulangan pusing.”
Chaca : “Namanya juga sekolah.” Hari demi hari berganti, namun ada keganjilan dari sikap Chaca, sehingga terjadi perselisihan di antara mereka.
Viera : “Cha, akhir-akhir ini kamu kok sibuk banget yach? Sampai-sampai sahabat sendiri di lupain.”
Chaca : “Sorry dech. Akhir-akhir ini aku sibuk ngerjain tugas, les, and belajar buat persiapan UAN nanti.”
Elzha : “Yakin kamu nggak bohong sama kita?”
Chaca : “Emh, beneran kok. Masak sich kalian nggak percaya sama sahabat sendiri.”
Viera : “Bukan gitu, akhir-akhir ini kita liat kamu pulang lebih awal, kalau kita ajak kumpul-kumpul, kamu ada aja alasan inilah, itulah, HP kamu juga tidak pernah aktif.”
Bintang : “Iya, jujur aja lagi.”
Chaca : “Nggak ada apa-apa kok guys. Sudah jangan dibahas. Nggak ada topik lain yach?” (Mulai menitikan air mata)
Elzha : “Kamu kenapa sich Cha? Cerita dong sama kita.”
Viera : “Ayo dong Cha cerita sama kita.”
Chaca : “Aku nggak kenapa-kenapa kok guys. Kenapa sich kalian nggak percaya?”
Bintang : “Ugh tau wes. Kamu sudah nggak nganggep kita sahabat lagi.”
Chaca : “Iya dech aku cerita.”
Bintang : “Nah gitu dong. Dari tadi kenapa ceritanya.” Ternyata Chaca ada masalah dengan orang tuanya, dan masalah itu membuat Chaca tidak semangat untuk belajar. Saat pulang sekolah Elzha, Viera, dan Bintang berkumpul di rumah Bintang.
Viera : “Guys aku kasian nich sama Chaca, dia lesu terus.” (Dengan wajah memelas)
Bintang : “Emang kamu punya rasa kasian?” (Dengan nada meledek)
Elzha : “Sudahlah nggak usah berantem terus. Tau nggak, kalian itu seperti kucing dan tikus, rebut melulu.”
Bintang : “Iya aku tau, sorry dech.”
Elzha : “Gimana kalau kita tanya ke orang tuanya Chaca aja? Jadi kita tau apa yang sebenarnya terjadi antara Chaca dengan orang tuanya.”
Akhirnya mereka bertiga datang ke rumah Chaca, dan kebetulan pada saat mereka ke rumah Chaca, dia sedang les. Setelah mereka dipersilahkan masuk, mereka berbincang-bincang dengan Ibu Chaca. Mereka bertiga menanyakan apa yang terjadi antara Chaca dengan orang tuanya. Setelah bercerita panjang lebar, dan mereka telah mengetahui apa penyebabnya, mereka mohon undur diri kepada Ibu Chaca.
Keesokan harinya Viera, Elzha, dan Bintang menghampiri Chaca yang sedang duduk termenung didalam kelas.
Bintang : “Woi.” (Seraya mengagetkan Chaca)
Chaca : “Apa-apaan kalian ini, bikin aku kaget aja!”
Elzha : “Kok kamu jadi nyalahin kita Cha? Kamu sich pagi-pagi sudah ngelamun, kena setan sekolah baru tau rasa kamu.” (Chaca, Viera, Bintang, dan Elzha tertawa bersama)
Bintang : “Cha, kita sudah tau kenapa akhir-akhir ini sikap kamu jadi aneh.”
Chaca : “Kalian bicara apa sich, aku nggak ngerti?”
Viera : “Ampun dech Chacaku sayangku cintaku sahabatku jangan tulalit donk. Sudah jelas kita ini lagi bahas sikap kamu yang berubah 1800.”
Elzha : “Bener Cha, kita udah tau semuanya.”
Chaca : “Kalian ini ada-ada aja, aku biasa aja kalian malah bilang aku berubah segala. Emang apa yang berubah? Aku tetap Chaca yang dulu.”
Bintang : “Nggak Cha, kaum berubah semenjak kamu punya masalah dengan orang tua kamu.”
Chaca : “Emang kalian tau apa tentang masalah aku ini? Kalian itu nggak tau apa-apa!” (Dengan nada membentak)
Bintang : “Kamu salah Cha, kita tau semuanya.”
Chaca : “Maksudnya kalian tau masalahku dengan orang tuaku?” (Dengan nada terbata-bata)
Viera : “Yups betul betul betul.”
Chaca : “Tapi gimana kalian bisa?”
Bintamg : “Iya kita tau dong. Kemarin kita bertiga sengaja kerumah kamu buat tanya masalah ini ke ibu kamu, dan ibu kamu cerita semuanya ke kita.”
Chaca : “Napa sich kalian ngelakuin hal ini? Lagian kalian bisa langsung tanya sama aku.”
Bintang : “Kita ngelakuin hal ini karena kita kasian liat kamu kayak gini Cha?”
Elzha : “Kita sudah tanya sama kamu tentang hal ini, tapi kamu cuma bilang ada masalah sama orang tua kamu. Kamu nggak jelasin apa masalah yang sebenarnya. Ya udah kita cari tau aja sendiri.”
Viera : “Terus kita tanya ke ibu kamu dan kita tau kamu kayak gini karena HP sama fasilitas yang kamu punya ditarik sama ibu kamu kan?”
Chaca : “Iya, HP sama fasilitas yang ada buat aku ditarik sama orang tua aku. Karena itu aku nggak semangat belajar, lagian tanpa itu semua rasanya hampa. Untung I-pod aku nggak ikut di sandra.” (Sambil mengeluarkan I-pod miliknya)
Viera : “What, I-pod baru Cha! Pinjem dong?”
Chaca : “Dasar kamu nggak bisa liat barang bagus sedikit.”
Viera : “Aduch, please dech Cha, tinggal pinjemin aja apa susahnya sich?”
Chaca : “Iya ini aku pinjemin, tapi jangan sampai rusak ya?”
Viera : “Gitu dong, dri tadi napa? Masak pakai ceramah dulu?”
Chaca : “Anak ini udah di pinjemin masih aja nyebelin, dasar Miss Lebay.”
Elzha : “Kalian ini kok malah rebut soal I-pod sich? Kalian nggak inget kita sekarang lagi bahas tentang apa?”
Bintang : “Lebih baik sekarang kita kembali ke permasalahan awal. Oke?”
Chaca, Viera, Elzha : “Oke dech.”
Bintang : “Menurut aku sikap orang tua kamu ada benarnya juga Cha. Jadi, kamu nggak perlu jadi pendiam kayak gini. Bawa Enjoy aja Cha.”
Chaca : “Emang bener. Tapi, tanpa semua itu aku jadi tambah malas belajar karena bosen nggak ada hiburan. Aku sudah cukup tertekan harus belajar terus menerus. Orang tua aku nggak peduli sama aku lagi, mereka selalu nuntut ini, itu tapi mereka nggak mikir gimana perasaanku. Merek hanya tau keinginan mereka harus terpenuhi, tanpa berfikir kemampuan aku. Mereka egois!” (Sambil menangis)
Elzha : “Sudah hapus aia mata kamu. Lebih baik sekarang kita cari jalan keluarnya.”
Viera : “Aha, aku punya ide, aku punya ide, ide ini bagus, ide ini untuk kita.”
Chaca, Viera, Bintang : “Apa? Dasar Miss Lebay.”
Viera : “Emh, bagaimana kalau kita batasi pemakaian fasilitas yang ada. Selama inikan setiap hari, setiap jam, setiap menit and setiap detik kita selalu tergantung sama fasilitas yang ada.”
Chaca : “Bener juga kamu Ra. Aku jadi sadar, kalau kita selalu tergantung sama fasilitas yang kita punya, kita bakalan jadi anak manja dan selalu tergantung sama apa yang ada. Emang susah buat kita merubah kebiasaan yang sudah mengakar didalam diri kita. Tapi, apa kalian bisa ninggalin itu semua? Biar aku aja yang menjalankan ini semua. Aku punya sahabat seperti kalian juga sudah cukup buat aku. tapi aku masih butuh paling tidak HP sich.” (Mereka tertawa bersama)
Viera : “Emh, gimana ya?”
Bintang : “Aku bisa kok. Ra, inikan ide kamu, kok malah kamu yang jadi ragu sich?”
Viera : “Uh, tadi aku nggak usul enak yach. Tapi, aku bisa kok. Demi sahabat aku tersayang. Tapi sesekali nggak apakan?”
Bintang : “Ya nggak apalah. Namanya juga masih proses. Tapi jangan terlalu sering yach?”
Elzha : “Intinya kita setuju sama usul Viera tadi. Lagian selayaknya sahabat sejati itu selalu ada buat sahabatnya yang lagi butuh bantuan. Kamu sedih, kita juga ikut sedih Cha. Karena kita merasa ada yang hilang. Kita juga ngerasa nggak enak kalau kita having fun, tapi kamunya malah sedih, susah, campur aduk dech. Lagian kita juga harus konsentrasi sama UAN. Bener nggak?”
Chaca : “Bener, kalau gitu terima kasih ya guys.”
Viera, Bintang, Elzha : “Sama-sama. Kita sayang kamu Cha.” (Sambil berpelukan)

Akhirnya mereka berempat menyepakati perjanjian yang tadi diusulkan Viera. Mereka berharap hal ini dapat memberikan hasil yang baik pada UAN nanti. Hari demi hari mereka lalui penuh suka cita, dan tidak terasa waktu UAN telah tiba. Pada waktu pengumuman hasil UAN, mereka lulus dengan nilai yang
memuaskan. Dan mereka di terima di SMA yang mereka inginkan selama ini.
Sampai SMApun mereka tetap bersama.